MAUBESI DALAM SAJARAH DAN BUDAYA

Maubesi adalah sebuah kota kecil atau tepatnya sebuah kelurahan dengan beberapa kampung, dalam wilayah kabupaten Timor Tengah Utara, Porpinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Anda diundang untuk membaca atau pun menulis ttg apa saja mengenai Maubesi.

Sabtu, 24 Desember 2011

Malam Natal 2011 di Maubesi

Perayaan malam Natal tahun 2011 di Maubesi berlangsung meriah. Upacara misa malam natal dipimpin oleh Pastor pembantu Rm. Marlin, PR didampingi oleh P. Simon Suni, SVD yang baru pulang dari Filipina Sedangkan kotbah dibawakan oleh P. Simon.
Dalam kata pembukaannya Rm. Marlin menekankan bahwa Allah telah turun ke dunia dalam bentuk bayi Yesus untuk menyelematkan kita umat manusia. Sedangkan dalam kotbahnya P. Simon mengatakan perayaan malam natal adalah perayaan keluarga, karena itu seharusnya yang datang adalah bapak, ibu dan anak. bapak, ibu dan anak harus bersatu dan mengikuti contoh hidup Maria, Yosef dan Yesus, dan bukan tercerai berai. Kita datang untuk menyaksikan bayi Yesus. Kita datang ke sini karena Yesus dan bukan yang lain. Yesus harus menjadi yang pertama dan bukan TNI (tua nakaf insan) dan lain sebagainya. Misa Malam Natal dimeriahkan oleh koor Fransiskus Sobe. Sedangkan koor-koor untuk komuni antara lain koor Clara Sobe, koor Tainmetan, koor kiupasan, koor Fatutusi dan koor Nakol (batal). Perayaan berlangsung hikmat dan didukung oleh cuaca yang sangat cerah.
Natal di Maubesi seperti natal di Betlehem. Ia mengingatkan kita kembali pada suasana kelahiran dulu. Suasana ini merupakan suasana asli, spiritualitas desa, orang merasakan bahwa benar Yesus lahir di antara orang-orang desa, orang-orang yang sungguh membutuhkan keselamatan. Pengalaman duduk di bangku yang dibuat dari papan dengan tiang yang ditanam langsung ke tanah, dengan warna papan duduk yang sudah kehitaman, merupakan pengalaman yang sangat menarik untuk disimak. Ada teman orang Jakarta yang kebetulan juga hadir di situ, mengatakan bahwa inilah Betlehem yang asli, Betlehem yang sebenarnya. Dan suasana seperti ini yang sekarang hilang di kota-kota besar, di mana suasana desa diganti dengan suasana glamor cenderung hedonistis. Saya yang tinggal di Jakarta khususnya di kawasan elit seperti Kelapa Gading merasakan perbedaan yang sangat menyolok itu. Saya tidak mengatakan bahwa Natal di Maubesi itu jelek dan di kota jauh lebih baik. Justru sebaliknya justru perayaan Natal di Maubesi adalah seperti Natal di Betlehem. maka mari kita kembali ke Betlehem, mari kita kembali ke perayaan Natal di desa seperti di Maubesi ini, karena di sana kita benar-benar merasakan Natal Betlehem, di sana kita merasakan kehadiran Yesus.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar